Puisi | Monolog Nelayan Tua
Monolog Nelayan Tua
-Larik Semu
Di dermaga ini, camar hitam bertamu
Mentari tertatih memanjat cakrawala, menyincing fajar
Tak gentar, walau diserang deburan ombak
Dan jeritan do’a nelayan di gubuk tua
Nelayan tua menuju sampan
Menyingsing Sang Saka di pundaknya
Sampan reot di gigir pantai putih
Saksi bisu dikurung sang wabah
Nelayan takzim mencecap kemangi
Menaikkan Sang Saka bersanding layar putih
Sudah dua tahun negeri ini kembali dijajah, nelayan berkata
Kan kuambil memori lusuh diingatan renta ini
Saat riuh sorak sorai pemuda
Menemani Sang Saka sampai di ujung tiang
Beriring bait-bait Indonesia Raya
Kini ia sulit mengais rupiah
Hanya berdekam dalam bilik bambu tua
Menyisiri layar-layar televisi
Melihat mayit berbungkus plastik tebal
Jiwanya bergetar, hingga camar ikut mendengar
Doa dan usaha kan terus terapalkan, di dalam bibir tua ini
Tatkala kita lepas dari belenggu wabah ini
Saat ambang kemenangan telah sampai
Kan ku titipkan lantunan suka cita, kepada mentari dibalik peraduan.
‘Merdeka, Merdeka, Merdeka’
Agar semesta mendengarnya
Dirgahayu Indonesia ku
Jayalah selalu negeri ku!
Komentar
Posting Komentar